AJB (Akta Jual Beli) dan PPJB (Perjanjian Pengikatan Jual Beli) adalah dua bentuk perjanjian yang umum digunakan dalam transaksi jual beli properti di Indonesia. Berikut adalah perbedaan antara keduanya:
1. Keabsahan Hukum: AJB merupakan akta autentik yang dibuat oleh notaris, sehingga memiliki kekuatan hukum yang kuat. Sementara itu, PPJB adalah perjanjian yang dibuat secara tertulis antara penjual dan pembeli tanpa melalui notaris. PPJB memiliki kekuatan hukum yang lebih lemah dibandingkan AJB.
2. Pembayaran: Pada AJB, pembayaran dilakukan secara penuh dan properti secara resmi diserahkan kepada pembeli. Sedangkan dalam PPJB, pembayaran biasanya dilakukan secara bertahap, dengan pembayaran awal sebagai tanda jadi atau uang muka, dan pembayaran sisa dilakukan dalam periode waktu tertentu.
3. Hak Kepemilikan: Dalam AJB, hak kepemilikan properti secara resmi dialihkan kepada pembeli setelah akta jual beli dibuat dan teregistrasi. Dalam PPJB, hak kepemilikan belum secara resmi dialihkan kepada pembeli hingga persyaratan pembayaran lunas terpenuhi dan akta jual beli dibuat.
4. Perlindungan Hukum: AJB memberikan perlindungan hukum yang lebih kuat bagi pembeli, karena merupakan akta autentik yang diterbitkan oleh notaris. Jika terjadi sengketa atau permasalahan, AJB lebih mudah diakui sebagai bukti kepemilikan properti. PPJB memiliki perlindungan hukum yang lebih terbatas dan bisa lebih rumit dalam penyelesaian sengketa.
5. Biaya: Pada umumnya, biaya yang terkait dengan AJB lebih tinggi daripada PPJB. AJB melibatkan jasa notaris yang memerlukan biaya tambahan, sementara PPJB dapat disiapkan oleh pihak-pihak yang terlibat tanpa melibatkan notaris.
Penting untuk mencatat bahwa perbedaan dan penggunaan AJB dan PPJB dapat bervariasi tergantung pada peraturan dan kebijakan yang berlaku di wilayah atau daerah tempat properti berada. Disarankan untuk selalu berkonsultasi dengan ahli hukum atau notaris untuk memastikan keabsahan dan perlindungan hukum dalam transaksi jual beli properti.